Selasa, 19 Agustus 2014

Novela Nawipa di Antara Sengketa Pilpres


 Nama Novela Nawipa mendadak tenar pasca-kesaksian dirinya dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK) awal Agustus lalu. Dia (bersaksi) untuk kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, selaku pemohon gugatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dinilai melakukan pelanggaran Pilpres.

Belakangan Novela terus menjadi buah bibir, khususnya di kalangan media. Apalagi setelah perusakan pagar rumahnya di Kampung Awaputu, Kabupaten Doiyai, Papua namanya semakin melejit bak selebritis. Keman pun dirinya pergi, awak media pun membuntuti.
Seperti saat Novela mendatangi kantor Komnas HAM di Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat pada Minggu 17 Agustus kemarin. Awak media langsung mengendus agenda yang disebut-sebut sebagai pertemuan silaturahmi
antara Novela dengan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai.

Tiba di kantor Komnas HAM, Novela yang disambut Natalius setelah turun dari Kijang Inova hitam itu disambut langsung Natalius. Dia enggan memberikan pernyataan kepada awak media. Dia Hanya tersenyum lebar dan langsung menuju ke lantai 3 di ruang rapat pleno bersama Natalius.

Usai pertemuan tertutup itu, Novela mengaku kedatangan ke Komnas HAM hanya untuk mempertegas dirinya tidak mendapat intimidasi atau tekanan dari siapa pun sebelum atau sesudah kesaksiannya di MK.

"Sampai saat ini saya tidak merasa diintimidasi dan tak ada tekanan. Itu keluar dari hati saya," ungkap dia.

Novela enggan berkomentar banyak kepada awak media, karena merasa pertemuan ini hanya sebagai pertemuan keluarga. "Ini pribadi. Keluarga, antara kakak dan adik," tegas dia.

Pernyataan Novela juga ditegaskan Natalius sore itu. Bahwa tidak ada ancaman dari siapa pun. "Adik ini seperti dalam ancaman serius. Kondisi di kampung adik tak ada kondisi serius, tak ada ancaman. Tidak seperti diceritakan teman media."

"Kalau di media sosial, itu hanya respon bias. Tak perlu tokoh politik nasional bicara dia dalam ancaman. Biarkan saja adik kembali jadi ibu bagi anaknya," tegas Natalius.

Selain itu, Natalius juga mengimbau semua pihak agar dugaan adanya ancaman Novela tidak dipolitisir. Dia menegaskan, dalam perbincangan pribadi selama 20 menit itu, Novela mengaku tidak pernah mendapatkan ancaman.

"Dia tak dapat ancaman seperti yang beredar. Dengan ini kuasa hukum Prabowo-Hatta sudah selesailah, jangan politisasi Novela," imbau dia.

Selain itu, Natalius juga memimnta agar sesama putra-putri Papua tidak saling mencibir. "Saya minta orang Papua jangan mencibir atau kritik, memuja berlebihan juga jangan. Biarkanlah dia jadi dirinya sendiri," tegas dia.
 
Pernyataan Berbeda
Malam harinya usai mengunjungi kantor Komnas HAM, Novela mengunjungi Rumah Polonia, markas tim pemenangan kubu Prabowo-Hatta di Jakarta Timur. Lagi-lagi Novela bak artis. Saat tiba di tempat tersebut, pendukung Prabowo-Hatta menyambut Novela dengan antusias.

Namun ada pemandangan berbeda saat kedatangan Novela di markas kubu pasangan capres nomor urut 1 itu. Kuasa hukum Prabowo-Hatta Razman Nasution menuding Natalius telah memengaruhi Novela. Maka itu berniat membawa kasus ini ke bihak berwajib.

"Pejabat negara yang mulai coba bangun sikap kontraproduktif dengan kewenangannya. Dia (Natalius Pigai) mempengaruhi Novela," ungkap Razman

Setali tiga uang dengan Razman, Novela mengakui seperti yang disebut-sebut semula. Dia mengaku menerima intimidasi dan ancaman dari pihak yang belum diketahui itu. Pernyataan yang disampaikan di kantor Komnas HAM mendadak berubah.

"Setelah beri kesaksian di MK, saya diteror via telepon dan SMS. Itu benar-benar ada," ungkap Novela.

Bahkan yang mengejutkan lagi, Novela mengaku kecewa setelah kedatangan dirinya ke Komnas HAM. Lantaran dia merasa diarahkan dan dijebak Natalius meski pun mengakui sebagai saudara dengan suku yang sama di kampungnya, Papua.

Novela mengaku diarahkan Natalius agar mengakui tidak ada intimidasi atau kekerasan terhadap dirinya oleh siapa pun, baik sebelum maupun sesudah kesaksiannya di MK.

Menurut Razman, Natalius telah mengarahkan 2 hal kepada Novela. Pertama agar kliennya mengakui bahwa tidaka da intimidasi dan ancaman kepada Novela, baik sesudah maupun sebelum kesaksiannya di MK.

"Sementara dia (Novela) mengaku sebelum pengakuan di MK tidak ada intimidasi dan setelahnya ada intimidasi. Tapi oleh saudara Natalius bilang akui saja itu tidak ada. Yang kedua disuruh mengakui bahwa memang ada 2, 3 TPS ada Pilpres, padahal tidak ada, kelakuan macam apa ini?" ujar Razman.

Selain meminta disidangkan di Komnas HAM dengan menghadrikan pihak terkait, Razman juga meminta Natalius mengklarifikasi pernyataan dirinya terkait dugaan mengarahkan Novela.

"Agar Komnas HAM yang memperjuangakan HAM tapi menindas kemerdakaan hak asasi Novela. Karena itu beliau ini patut dicopot," ketus Razman.

Sementara Natalius saat dikonfirmasi terkait tudingan ini, dirinya enggan berkomentar banyak. Dia justru meminta agar media tidak memberitakan Natalius terus-menerus.

"Untuk saudaraku, terima kasih teman-teman jurnalis tidak lagi lakukan blow up tentang adik saya Novela. Mohon agar menjaga privasi dia. Selamat malam," ujar Natalius saat dikonfirmasi.

Siapa Pelaku Intimidasi?

Terlepas adanya tudingan kepada komisoner Komnas HAM itu, yang lebih penting lagi adalah mengungkap siapa di balik tindakan intimidasi dan tekanan serta perusak pagar rumah Novela.

Karena jelas jika memang benar ada intimidasi tersebut, polisi harus mengusut tuntas agar tidak ada kekhawatiran dari Novela dan keluarganya yang menurutnya juga mendapat ancaman. Karena itu dirinya membutuhkan perlindungan hukum.

Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende menegaskan, sejauh ini belum menerima laporan intimidasi dari Novela Nawipa. "Oh tidak ada, laporan itu tidak ada. Terkait Novela masih belum ada. Terkait Novela sendiri diperiksa di MK belum ada laporan."

Yotje menegaskan belum ada bentuk ancaman yang ditemukan penyidik Polda Papua hingga saat ini. "Secara normatif berjalan sesuai hukum. Kapolres sendiri hari ini wawacara melalui teleconference," tandas mantan Kapolda Kepulauan Riau itu.

Sementara Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan, rumah Novela dirusak sebelum Novela menjadi saksi di MK. Perusakan juga diduga dilakukan oleh simpatisan anggota Partai Gerindra Kabupaten Paniai.

"Novela ini kan Ketua DPC Partai Gerinda Paniai, diduga massa yang merusak pintu pagar rumahnya ini kesal. Sebab dia tak pernah berada di tempat (rumah). Sebab dia pengurus partai dan para anggotanya memerlukan kehadiran dirinya," ujar Pudjo.

sumber :
http://indonesia-baru.liputan6.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar